Zhu Feng melangkah masuk ke dalam Hutan Lian. Langkahnya perlahan, tak terburu-buru. Ia tidak masuk terlalu dalam—hanya di bagian pinggir hutan, cukup jauh dari jalanan kota tetapi tidak terlalu jauh jika ia perlu kembali dengan cepat.
Di sekelilingnya, pepohonan besar menjulang tinggi. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah lembap dan dedaunan yang jatuh. Cahaya matahari menembus celah-celah daun, menciptakan bayangan yang bergerak perlahan di tanah.
Zhu Feng berdiri diam sejenak, memejamkan mata dan menghela napas panjang.
"Jadi... bagaimana aku harus mulai berlatih?"
Suara pikirannya terdengar jernih dalam kesunyian hutan.
Tanpa guru, tanpa teknik, tanpa petunjuk—ia benar-benar harus menemukan jalannya sendiri.
Ia mencoba mengingat kembali pertarungannya dengan serigala bertanduk lima hari lalu.
Saat itu, ia hanya bisa mengandalkan refleks dan dorongan Qi yang masih belum ia pahami sepenuhnya. Ia bisa merasakan bagaimana energi itu mengalir di dalam tubuhnya, tetapi belum bisa menggunakannya dengan benar.
"Tidak cukup..."
Ia menggelengkan kepala.
Kenangan lain mulai muncul dalam benaknya.
Ketika masih kecil, ia sering melihat para kultivator melayang di udara menggunakan pedang mereka, seolah-olah hukum alam tidak berlaku bagi mereka. Ia juga pernah menyaksikan pertarungan para ahli di arena Kota Lian—ada yang menghancurkan tanah dengan satu pukulan, ada yang mengendalikan ribuan pedang, ada yang membakar langit dengan api yang muncul dari tangannya.
Semua itu terasa jauh di luar jangkauannya.
"Tidak ada gunanya memikirkan hal seperti itu sekarang..."
Ia mengembuskan napas pelan, mengusir pikiran yang tidak perlu.
Tanpa membuang waktu lagi, Zhu Feng berjalan menuju salah satu pohon di dekatnya dan mengambil sebuah ranting yang cukup panjang.
Ia menatap ranting itu dengan ekspresi serius.
"Jika aku tidak memiliki pedang, maka aku akan berlatih dengan ini dulu."
Tangannya menggenggam erat ranting itu, merasakan teksturnya yang kasar. Ia mencoba mengalirkan Qi ke dalam genggamannya, lalu mengayunkannya ke udara dengan sekuat tenaga.
"Woosh!"
Angin tipis berdesir mengikuti ayunannya.
Ia bisa merasakan sedikit peningkatan dalam kekuatan serangannya. Namun, saat ia menatap ranting itu, ia hanya bisa menghela napas.
"Ini masih terlalu lemah. Bahkan untuk melukai serigala bertanduk, serangan seperti ini tidak akan cukup."
Ia menggigit bibir, tatapannya semakin tajam.
Tidak ada jalan lain—ia harus berlatih.
Tanpa teknik, tanpa panduan, ia harus memahami pedang sendiri.
Hari berlalu dengan lambat.
Di bawah terik matahari siang, Zhu Feng terus berlatih.
Ia mencoba mengayunkan ranting itu dari berbagai sudut, mencoba meniru gerakan para ahli yang pernah ia lihat. Ia mengalirkan Qi ke dalam tubuhnya, mencoba memahami bagaimana energi itu bisa meningkatkan serangannya.
Namun, meskipun ia terus berlatih dari siang hingga sore, hasilnya masih jauh dari harapan.
"Hahh..."
Ia membiarkan tubuhnya terjatuh ke tanah, berbaring dengan tangan terlentang. Keringat mengalir di dahinya, dadanya naik turun, napasnya berat.
Langit mulai berubah warna, sinar matahari yang tadinya terik kini berubah menjadi kemerahan, tanda senja mulai menjelang.
Tatapan Zhu Feng menatap langit yang perlahan gelap.
Ia menggerakkan tangannya, menyeka keringat di wajahnya, lalu tersenyum tipis.
"Aku akan berlatih di sini selama satu tahun."
Suara itu penuh keyakinan.
Ia butuh tujuh tahun untuk masuk ke jalan kultivasi. Sekarang, ia harus berlatih untuk menguasai Qi dan memahami seni pedang.
Ia menutup matanya sejenak, mengulang kembali setiap momen pertarungan melawan serigala bertanduk. Ia mengingat gerakan para kultivator di arena, mencoba memahami bagaimana mereka bertarung.
Saat ia membuka matanya kembali, langit telah berubah menjadi gelap.
"Sudah malam?"
Zhu Feng bangkit perlahan, tubuhnya masih terasa lelah. Ia memandang sekeliling, lalu mulai mengumpulkan ranting dan kayu untuk membuat api unggun.
---
Di Kota Lian, Aula Keluarga Liu.
Bangunan megah itu berdiri dengan kokoh, diterangi lentera-lentera yang berpendar lembut. Suasana aula dipenuhi aura otoritas yang kuat.
Di bagian paling atas aula, terdapat tiga kursi.
Di tengah, kursi terbesar dan paling mewah diduduki oleh seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam dan aura yang menekan.
Ia adalah Liu Nin, kepala keluarga Liu.
Meskipun ia hanya duduk diam, auranya yang kuat sudah cukup untuk menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli di tingkat Mortal King.
Di bawahnya, pintu aula terbuka, dan seorang pemuda melangkah masuk dengan penuh percaya diri.
Pemuda itu adalah Liu Wei.
Dengan rambut panjang yang diikat rapi ke atas, ia berjalan dengan tenang, lalu mengepalkan tangan di depan dada dan membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Salam, Ayah."
Liu Nin membuka matanya, tatapannya dingin dan tajam.
"Ada apa?"
Suaranya dalam dan tegas, membawa tekanan yang tak terlihat.
Liu Wei tetap menjaga sikapnya, lalu menjawab, "Setahun lagi, penentuan hierarki keluarga akan dimulai."
Penentuan hierarki keluarga—acara sepuluh tahunan yang menentukan otoritas dari empat keluarga besar di Kota Lian. Setiap anak muda dari keluarga besar akan bertarung untuk membuktikan kekuatan mereka.
Liu Nin mengangguk perlahan, matanya menyipit sedikit.
"Sudah hampir waktunya, ya..."
Ia mengamati Liu Wei dengan seksama, lalu berkata, "Kultivasimu telah mencapai Ascendant Gate tahap menengah. Lumayan."
Senyum tipis muncul di wajah Liu Wei. "Terima kasih, Ayah."
Liu Nin mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, sebuah pedang melayang ke arahnya.
Pedang itu bersinar lembut di bawah cahaya lentera, auranya mengandung energi yang tajam dan kuat.
Pedang Spirit Weapon tingkat tinggi.
Pedang semacam ini biasanya hanya diberikan kepada anggota keluarga yang telah mencapai tahap Soul Core, tetapi Liu Nin memberikannya kepada Liu Wei sekarang.
Mata Liu Wei berbinar.
"Terima kasih, Ayah!" katanya dengan suara penuh kegembiraan.
Liu Nin melambaikan tangannya, "Bawa itu dan pergilah."
Liu Wei membungkuk hormat sebelum berbalik dan berjalan keluar dari aula dengan penuh kebanggaan.
Liu Nin menatap punggung anaknya yang pergi, senyum tipis muncul di wajahnya.
"Di usia delapan belas tahun, mencapai Ascendant Gate tahap menengah... Tidak buruk."
---
Hutan Lian.
Di bawah langit malam, Zhu Feng duduk bersila di dekat api unggun kecil.
Cahaya api memantulkan bayangan di wajahnya yang penuh tekad.
Ia menutup matanya, mengatur napasnya, dan membiarkan pikirannya tenggelam dalam meditasi.
Malam itu sunyi.
Angin berhembus lembut, membawa suara dedaunan yang berbisik di tengah kegelapan.
Di tempat ini, jauh dari hiruk-pikuk dunia luar, seorang pemuda tanpa nama besar atau dukungan keluarga sedang melangkah di jalannya sendiri.
Satu tahun ke depan—
Ia akan mengubah dirinya.
