Cherreads

Sishar

Sofuro
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
139
Views
Synopsis
Junjou Romantica adalah seri manga dan anime yaoi (cinta sesama jenis) yang mengikuti beberapa pasangan pria, terutama pasangan utama Misaki Takahashi dan Akihiko Usami, dan beberapa pasangan sampingan seperti Hiroki Kamijou dan Nowaki Kusama, dan Yoh Miyagi dan Shinobu Takatsuki. Ceritanya berpusat pada romansa antara para karakter, seringkali dengan elemen komedi, drama, dan kadang-kadang masalah pribadi yang dihadapi oleh para karakter.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1 — Kabut di Atas Menara Arveline

Kabut pagi turun lebih tebal dari biasanya, menyelimuti Kerajaan Arveline seperti selendang kelabu yang enggan tersingkap. Di puncak menara timur, seorang gadis berdiri memandangi halaman istana yang perlahan tampak dari balik tirai kabut. Namanya Lira, putri ketiga dalam garis pewaris takhta—meski ia sama sekali tak tampak seperti calon penguasa. Rambut hitamnya diikat seadanya, jubah belajarnya masih meneteskan embun, dan matanya… selalu menatap jauh, seolah mendengar sesuatu yang tak didengar orang lain.

Pagi itu, ia mendengarnya lagi: bisikan samar, seperti gema yang merayap dari antara bata-bata tua menara.

"Bangunlah… waktu semakin dekat…"

Lira menggigit bibirnya. Ia telah mendengar suara itu selama empat malam berturut-turut. Awalnya ia mengira itu sekadar mimpi atau lelah belajar sihir dasar di Akademi Istana, tapi bisikan itu semakin jelas, seolah memanggilnya dengan maksud tertentu.

Langkah kaki terdengar menaiki tangga batu. Lira berbalik, bersiap menyembunyikan kegelisahannya, namun sosok yang muncul justru membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Pangeran Kaelan.

Ia bukan pangeran dari Arveline—melainkan dari Kerajaan Varsha, negeri jauh di utara yang terkenal dingin dan penuh rahasia. Kaelan baru tiba semalam dalam rangka menjalin persekutuan, begitu menurut para penasihat kerajaan. Namun bisik-bisik para pelayan lebih percaya bahwa kedatangannya membawa sesuatu yang jauh lebih besar: ramalan lama tentang "Dua Darah yang Menyatukan Langit."

Kaelan menghentikan langkah. Matanya yang biru pucat menatap Lira dengan ketajaman aneh, seolah ia bisa membaca pikiran gadis itu dengan sekali pandang.

"Putri Lira," ucapnya, suaranya tenang namun mengandung lapisan yang sulit ditafsirkan. "Anda sudah bangun lebih pagi dari para penjaga."

Lira pura-pura tersenyum ringan. "Aku hanya tidak bisa tidur."

"Karena bisikan itu?"

Napas Lira tercekat. Ia tak sempat menyembunyikan keterkejutannya. "Bagaimana… bagaimana kau tahu?"

Kaelan melangkah mendekat hingga jarak mereka hanya setapak. Kabut tipis berputar di sekeliling mereka, seolah tertarik oleh sesuatu yang tak kasat mata.

"Aku mendengarnya juga," katanya pelan. "Dan aku yakin suara itu bukan berasal dari dunia ini."

Hening sejenak. Hanya suara detak jantung Lira yang terasa terlalu keras di dadanya.

"Bisikan itu memanggil dua orang," lanjut Kaelan. "Seseorang dari Varsha… dan seseorang dari Arveline. Aku datang bukan hanya membawa persekutuan. Aku datang karena ramalan itu mulai bergerak."

Lira menelan ludah, merasakan dunia yang ia kenal perlahan retak.

"Ramalan apa?"

Kaelan menatap jauh ke balik kabut, seolah mencari sesuatu di kejauhan. "Tentang kekuatan lama yang tersegel di bawah kerajaanmu. Tentang ancaman yang bangkit. Dan tentang seseorang yang dapat membangunkannya… atau menghancurkannya."

Ia menoleh kembali padanya—tatapan yang begitu intens hingga Lira merasa seolah kabut di sekeliling mereka menghilang.

"Dan aku percaya, Putri Lira… suara itu memanggilmu."

Angin dingin menerobos menara, membawa aroma tanah basah dan sesuatu yang lebih samar—seperti bayangan masa depan yang belum terbentuk. Bisikan itu kembali terdengar, lebih dekat, lebih jelas.

"Temukan aku… sebelum malam ketujuh…"

Lira menggenggam jubahnya erat. Untuk pertama kalinya, ia merasakan ketakutan dan ketertarikan menyatu dalam debar yang sama.

Sementara Kaelan, dengan sikap tenangnya yang misterius, seolah sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Mulai hari ini," katanya lembut namun pasti, "kau tidak sendirian dalam mendengarkan."

Dan untuk alasan yang tidak ia pahami sepenuhnya, Lira merasa bahwa kalimat itu bukan hanya sebuah jaminan—melainkan awal dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya… dan jauh lebih menggugah hatinya.