Di malam yang gelap gulita, hanya ditemani bulan sabit yang redup, seorang wanita dengan pakaian compang-camping penuh robekan di setiap sisi baju, dia lari dengan nafas yang pendek namun cepat, menatap kegelapan di depan, mata berkaca-kaca, sehingga bulan tampak di pupil matanya, dengan suara tangisan bayi menggema di hutan, dia sedang menggendong bayi,
Bayi itu memiliki iris biru dengan merah gelap di tengahnya, rambutnya yang hitam juga berwarna sedikit merah di ujung,
"Nak jangan nangis ya…, cup… cup sayang," dia mengelus kepala bayinya dengan lembut, perlahan bayi itu menutup mata dan tertidur tenang, di pangkuan sang ibu,
Sambil duduk dibawah pohon rambutan, dia berhenti sejenak untuk memulihkan tenaga, perlahan nafasnya mulai normal, dengan menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan tenang, sorot cahaya bulan dari sela-sela dedaunan menerpa wajah, terlihat pupil yang berwarna biru muda,
Setelah selesai istirahat dia lanjut berjalan, dia tak tau kemana harus pergi lagi, di kejauhan terdengar suara langkah kaki, terlihat sekelompok orang dengan senter di tangan dan kepala,
"Pokoknya cari sampai dapat! aku gak mau tau! dia hidup atau mati yang terpenting adalah bayi itu harus kembali!" Kata seseorang nadanya keras dan tinggi juga wajahnya yang tegas, dia memakai jubah putih panjang, dengan kacamata berbingkai kotak,
Mereka berpencar, satu kelompok berisi tiga atau dua orang, mereka menelusuri hutan yang sangat gelap, di dalam hutan sudah menunggu beberapa serigala yang sedang berburu makanan, mata mereka menyala kemerahan di dalam kegelapan, dengan tarikan nafas panjang dan hembusan yang menggetarkan mulut,
AUUU!.....
Setelah berjalan cukup lama, wanita itu tiba di dekat kandang sapi, dia menidurkan bayinya di samping jerami, dia membalut tubuh bayinya dengan bajunya, sehingga dia cuma memakai pakaian dalam saja, dia tidur di samping bayinya,
"Hikss…. Hikss…. Eeh… hekss…." dia terus mengelap matanya , air mata jatuh ke tanah, bibir gemetar dengan diiringi suara petir yang menyambar udara, hujan turun dengan deras tanpa ada rintik kecil, seperti air mata yang langsung keluar tanpa menetes satu per satu,
Wanita itu dan bayinya tertidur pulas, dengan kehangatan jerami dan ketenangan hujan, mereka saling berpelukkan sampai pagi,
Pagi harinya seorang pemuda bangun tidur, menatap keluar melalui jendela kaca di dapur, cahaya matahari berwarna kuning keemasan, mewarnai Padang rumput di belakang kandang sapi, hijau pekat dengan sedikit kuning emas,
"Hmpff…. Haaa…. srluup…. Ahh," dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, sambil menyeruput kopi sedikit pahit,
"Saatnya sapi-sapi menyambut kehangatan pagi juga," dia langsung melangkahkan cepat menuju kandang sapi,
Wanita itu terbangun dengan cahaya kuning keemasan perlahan melebar di wajahnya,
"Eumm…. Heh-"
"Haaaa!.. mesum!" Wanita itu berteriak sangat keras, suaranya menggema, membuat beberapa warga langsung menghampiri kandang sapi itu,
"Ada apa, kenapa ada suara perempuan di dalam?"
"Tu-tunggu dulu ini salah paham, a-ku gak lakuin apapun," semua orang menatap tajam ke arah pemuda itu, ketika mereka melihat ada wanita itu yang hanya memakai pakaian dalam, mereka semua semakin menatap tajam kearah pemuda itu,
"Aku kecewa dengan kelakuanmu Edi kau ternyata menculik wanita dan memperkosanya, kau memang bikin jijik,"
"Nggak bukan begitu kalian semua salah paham-,"
Oee… oeek…
"Ehh! Suara bayi"
Bayi itu terbangun karena suara keras, mereka semua mendekat ke arah wanita itu yang sedang menggendong bayinya,
"Ternyata kau suka sama wanita yang udah punya anak ya, udahlah penculik, cabul lagi, ck… ck… kalian harus nikah sekarang juga semua sesuai adat desa!"
Edi dan wanita itu menikah dengan mahar satu ekor sapi jantan,
