Cherreads

Chapter 21 - Disappointment

Matahari baru saja menembus cakrawala ketika desas-desus mulai merebak di kota. Sekte yang telah lama tersembunyi kini bergerak, menebar kata-kata yang memanipulasi warga. Mereka berbicara dengan penuh keyakinan, menyulut rasa takut dan keraguan. Suara mereka bergema di antara jalanan dan pasar, mengguncang hati penduduk yang hanya ingin hidup tenang.

Namun, di tengah kerumunan itu, seorang anak laki-laki kecil berdiri tegak. Shiro, dengan mata yang penuh keberanian dan perasaan tak tergoyahkan, menentang apa yang mereka katakan. "Tidak! Kalian salah!" teriaknya dengan suara yang jelas meski kecil, mencoba menahan pengaruh yang merayap di antara warga.

Warga di sekitarnya hanya menatapnya setengah acuh. Anak-anak belum dianggap mampu memahami dunia, dan argumen para sekte terdengar jauh lebih meyakinkan. Anggota sekte yang berada di dekat Shiro segera menangkapnya, menariknya menjauh dari kerumunan ke sebuah tempat yang gelap dan sepi.

Di saat itu, Kael muncul. Tenang, dingin, tapi penuh kewibawaan. Matanya menatap para anggota sekte yang sedang menyebarkan kebohongan. "Kalian pikir aku tidak tahu apa yang kalian lakukan?" Kael berkata dengan suara rendah namun jelas terdengar, menembus kebisingan sekeliling.

Para sekte segera menuding, suara mereka naik penuh emosi. "MC memanipulasi warga, bahkan ras Azael! Kael mengatur semuanya agar kalian tunduk padanya!"

Kael tidak membantah. Sebaliknya, ia mengangguk ringan, wajahnya tetap datar. "Benar," katanya dengan suara yang tak meninggi. "Itulah tugas seorang Main Character."

Kata-kata itu, yang seolah setuju dengan tuduhan mereka, membuat warga semakin panik. Mata mereka melebar, jantung berdetak kencang, dan ketakutan mulai merayap ke setiap langkah. Beberapa menunduk, ada yang ingin lari tapi kaget menahan diri.

Tanpa aba-aba lebih lanjut, Kael menggerakkan pedangnya. Dengan ketepatan dan dingin yang mengerikan, para anggota sekte dihancurkan satu per satu. Darah dan kehancuran menyebar, sementara warga berlari menjauh, terkejut, dan ketakutan. Bisik-bisik segera berubah menjadi rumor: Kael bukan lagi penyelamat, tapi seorang villain yang menakutkan.

Shiro, yang berhasil melepaskan diri, menyaksikan semuanya dari kejauhan. Mata kecilnya menatap Kael dengan campuran kagum dan ketakutan. Wajah Kael tetap datar, seperti perwujudan dari kekecewaan yang dalam. Dalam sekejap, Shiro menyadari satu hal: dunia yang ia percayai penuh harapan kini hanyalah bayangan gelap. Sang MC, yang selama ini ia kagumi sebagai simbol cahaya, kini berdiri di tengah darah dan kehancuran. Shiro menelan ludah, hati kecilnya merasakan beratnya kegelapan yang tak pernah ia bayangkan.

Di istana, kabar itu segera sampai ke telinga raja dan putrinya. Mata mereka melebar, wajah mereka memucat. "Ini tidak boleh terjadi," ujar sang raja, suaranya bergetar. Putrinya menunduk sejenak, lalu berkata, "Kita harus segera menenangkan warga… sebelum semuanya hilang."

Pasukan mulai disiapkan, anggota kerajaan dan penasihat segera berkumpul, merencanakan langkah agar Kael bisa memaafkan warga, atau setidaknya mencegah kepanikan meluas. Semua gerakan itu cepat, tetapi di mata Kael, semuanya tampak seperti langkah-langkah panik—reaksi manusia terhadap ketakutan dan kegelapan yang ia hadirkan, sesuatu yang memang selalu menjadi bagian dari perannya.

Udara kota terasa tegang, ketakutan bercampur dengan kekaguman yang tak terucapkan. Di setiap sudut jalan, di balik setiap pintu, warga menatap dengan perasaan campur aduk—antara hormat, takut, dan kebingungan. Dan di tengah itu, Kael tetap berdiri tenang, menyadari bahwa setiap mata, terlihat maupun tersembunyi, kini menilai setiap tindakannya.

More Chapters