Pelarian ke Puncak Salju Terlarang
Luo Xuanyin menarik lengan Qin Tianyang dengan kekuatan yang tidak masuk akal. Tubuh mereka melesat, meninggalkan jejak es yang membeku di udara.
Lin Feng baru saja menghancurkan dinding duri es itu dengan satu pukulan energinya yang meledak, namun sosok dua muridnya itu sudah menjadi titik kecil di kejauhan.
"Cari mereka! Jika esensi itu rusak, kalian semua akan menjadi tumbal!" raung Lin Feng kepada para penjaga klan yang baru tiba.
Menuju Ketinggian yang Mematikan
Luo Xuanyin tidak membawa Qin Tianyang ke gerbang utama. Ia justru melompat meniti dinding tebing yang tegak lurus menuju Puncak Salju Terlarang sebuah area di mana oksigen sangat tipis dan suhu udara begitu rendah hingga mampu membekukan aliran darah dalam hitungan detik.
Tempat ini adalah teritori kematian bagi kultivator biasa, namun bagi Luo Xuanyin yang sudah menyatu dengan Bunga Es, ini adalah taman bermainnya.
Sesampainya di sebuah dataran salju yang dikelilingi badai abadi, Luo Xuanyin akhirnya melepaskan tangan Qin Tianyang.
Ia berputar-putar di tengah badai, tertawa ceria seolah tidak ada ribuan pasukan yang sedang mengejar mereka di bawah sana.
Luo Xuanyin: (Tertawa manja sambil melempar bola salju ke arah Qin Tianyang)
"Lihat, Tianyang! Di sini sangat tenang. Tidak ada Guru yang berteriak, tidak ada Mo Li yang bau pasar. Hanya ada aku, kau... dan kepingan salju."
Hubungan yang Terikat
Qin Tianyang berlutut di atas salju, napasnya tersengal. Esensi di dahinya berdenyut panas, kontras dengan suhu sekitarnya yang mencapai minus puluhan derajat.
Qin Tianyang: (Mencoba menstabilkan energinya)
"Xuanyin... kau tahu apa yang kau lakukan? Kau baru saja mencuri masa depan Lin Feng. Dia tidak akan membiarkan kita hidup."
Luo Xuanyin berhenti berputar. Ia mendekati Qin Tianyang, lalu duduk di pangkuannya dengan sikap yang sangat intim dan manja, jari-jarinya yang dingin mengelus dahi Qin Tianyang tepat di tempat kristal itu tertanam.
Luo Xuanyin: (Bisikannya terdengar sedih namun penuh kasih)
"Aku tidak peduli tentang masa depannya. Aku hanya ingin kita punya 'rahasia' bersama. Sekarang, separuh jiwaku ada di dalam dirimu, Tianyang. Jika kau mati, aku mati. Jika aku membeku, kau akan merasa dingin."
Pengkhianatan di Dalam Pengkhianatan
Tiba-tiba, si anjing kecil berkoreng muncul dari balik jubah Qin Tianyang. Makhluk itu menggigil hebat, namun matanya yang merah menatap ke arah gua di balik tebing salju.
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Anjing ini mencoba menunjukkan sesuatu... Puncak Salju Terlarang bukan hanya tempat persembunyian. Di dalam gua itu... ada makam para 'wadah' Lin Feng sebelumnya.
Qin Tianyang menyadari rencana tersembunyi. Luo Xuanyin membawanya ke sini bukan hanya karena sifat manjanya, tetapi karena secara bawah sadar, Bunga Es dalam tubuhnya menuntun mereka ke tempat di mana Lin Feng paling lemah: Tempat Penimbunan Mayat Spiritual.
Qin Tianyang: (Memegang bahu Luo Xuanyin, menatap matanya)
"Xuanyin, dengarkan aku. Jika kau benar-benar ingin bermain... ayo kita hancurkan mainan kesayangan Lin Feng di dalam gua itu."
Luo Xuanyin memiringkan kepalanya, senyumnya berubah menjadi sangat manis sekaligus mengerikan.
Luo Xuanyin:
"Oh? Menghancurkan barang-barang Guru? Kedengarannya sangat menyenangkan! Tapi... setelah itu kau harus memelukku sampai aku hangat, ya?"
Tepat saat mereka hendak memasuki gua, suara langkah kaki yang berat terdengar dari arah jalur pendakian. Bukan Lin Feng, melainkan Ye Chen, yang kini membawa sebuah artefak kuno berbentuk lonceng hitam.
Ye Chen: (Wajahnya penuh kebencian)
"Ketemu. Lin Feng memberiku izin untuk membunuh kalian berdua asalkan esensinya kembali. Kalian pikir Puncak Terlarang bisa melindungi pengkhianat?"
terungkap sebelum pertarungan dimulai?
Ini adalah belokan plot yang sangat liar dan tidak terduga! melibatkan Kaiyang yang merupakan "sang penulis" atau "pengendali sistem" di balik layar.
Ye Chen baru saja hendak membunyikan Lonceng Hitamnya saat waktu tiba-tiba... berhenti.
Kepingan salju yang tadinya beterbangan kini membeku di udara seperti kristal gantung. Mulut Ye Chen terbuka lebar, namun tak ada suara yang keluar. Luo Xuanyin, yang tadinya sedang bersandar manja pada Qin Tianyang, juga terpaku seperti patung porselen.
Hanya Qin Tianyang yang masih bisa menggerakkan matanya. Di hadapannya, ruang dan waktu seolah terbelah.
Sebuah layar transparan berwarna biru neon muncul di udara, dan di belakang layar itu, duduk seorang pria muda dengan jubah yang sangat modern dan berbeda dari dunia kultivasi ini. Dia adalah Kaiyang.
Dialog Antara Karakter dan Penulis
Kaiyang: (Menguap, matanya menatap layar dengan bosan)
"Ck, ck, ck... Lin Feng terlalu mudah ditebak, Ye Chen terlalu berisik, dan Luo Xuanyin... yah, dia sedikit terlalu manja untuk seleraku. Harusnya plot ini lebih gelap sedikit."
Qin Tianyang mencoba bicara, suaranya parau.
Qin Tianyang:
"Siapa... kau? Kenapa dunia ini berhenti? Apakah ini sihir tingkat dewa?"
Kaiyang: (Tertawa kecil, menoleh ke arah Qin Tianyang melalui layar)
"Sihir? Bukan, Tianyang. Aku hanya sedang mengetik nasibmu. Namaku Kaiyang, dan aku sedang berbicara dengan Sistem Narasi. Kau tahu, klanmu ini sebenarnya hanyalah sebuah sirkus yang aku bangun karena aku bosan."
Hadiah Luar Biasa dari Sistem
Kaiyang menggeser jarinya di layar. Sebuah notifikasi muncul tepat di depan wajah Qin Tianyang:
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Penulis merasa alur cerita terlalu datar. Menawarkan "Upgrade Anomali": Anjing Korengan akan berevolusi menjadi "Penelan Takdir".
Hadiah: Kemampuan untuk melihat "Garis Plot" orang lain.
Kaiyang:
"Dengarlah, Tianyang. Aku akan memberimu hadiah. Rahasia klanmu yang sebenarnya bukan di dalam gua ini. Gua ini hanya pengalih perhatian. Rahasia yang sebenarnya adalah: Lin Feng sendiri adalah karakter yang gagal. Dia diciptakan untuk menjadi pahlawan, tapi dia membangkang dan membunuh 'Penulis' sebelumnya."
Qin Tianyang tertegun. Kepalanya sakit menerima informasi yang melampaui logika dunia ini.
Qin Tianyang:
"Jika kau yang menulis ini... kenapa kau membiarkan aku menderita? Kenapa kau membiarkan Luo Xuanyin menjadi gila?"
Kaiyang: (Senyumnya berubah menjadi misterius)
"Karena penderitaan menghasilkan cerita yang bagus, Nak. Tapi sekarang, aku akan memberimu kartu as. Lin Feng punya satu kelemahan yang tak ada di skrip: Dia takut pada sesuatu yang tidak memiliki masa depan."
Hadiah: Pedang "Pena Takdir"
Kaiyang melemparkan sebuah benda dari balik layar. Sebuah pena bulu ayam sederhana yang bercahaya keemasan jatuh ke tangan Qin Tianyang. Saat ia menyentuhnya, benda itu berubah menjadi pedang tipis yang sangat tajam namun terasa ringan seperti kertas.
Kaiyang:
"Gunakan itu untuk menebas Ye Chen. Jangan bunuh dia, tapi hapus ingatannya tentang perintah Lin Feng. Mari kita buat alur ini menjadi lebih kacau. Oh, dan sampaikan salam pada anjing kecilmu. Dia sebenarnya adalah penghapus kesalahan (error) yang aku masukkan ke sini."
Waktu Berputar Kembali
Kaiyang:
"Sistem, tutup sesi interupsi. Lanjutkan narasi. Target: Puncak Salju, adegan pertarungan Ye Chen."
ZAP!
Dunia kembali bergerak. Badai salju kembali menderu. Ye Chen siap mengayunkan loncengnya, namun ia bingung melihat Qin Tianyang kini memegang pedang aneh yang tidak memancarkan energi spiritual, melainkan memancarkan aura kenyataan yang menyesakkan.
Ye Chen:
"Pedang apa itu?! Kau mencurinya dari dalam gua?!"
Qin Tianyang: (Menatap pedang itu, lalu menatap ke arah 'langit' di mana Kaiyang mungkin masih menonton)
"Bukan dari gua, Ye Chen. Tapi dari seseorang yang menganggapmu hanya sebagai tanda titik dalam sebuah kalimat."
Luo Xuanyin, yang kembali sadar, menatap pedang itu dengan ketakutan yang mendalam. Insting "Bunga Es"-nya berteriak bahwa pedang itu adalah sesuatu yang bisa menghapus keberadaannya dalam sekejap.
Apa yang akan dilakukan Qin Tianyang dengan "Pena Takdir" itu? kembali alurnya ke momen krusial di Puncak Salju Terlarang, tepat sebelum distorsi waktu terjadi. Kai fokus pada ketegangan murni antara Qin Tianyang, Luo Xuanyin yang manja, dan ancaman Ye Chen.
Salju menderu kasar, menyapu permukaan tebing dengan suara seperti jeritan jiwa yang tersiksa. Ye Chen berdiri dengan kaki kokoh, tangan kanannya memegang Lonceng Hitam artefak pemberian Lin Feng yang berfungsi sebagai penekan esensi spiritual.
Ye Chen: (Wajahnya memerah karena amarah dan kedinginan)
"Cukup main-mainnya! Kalian berdua telah mencuri apa yang menjadi milik klan. Kembalikan esensi Bunga Es itu, atau aku akan memastikan jiwa kalian membeku di puncak ini selamanya!"
Perlindungan sang Dewi Es
Luo Xuanyin, yang masih duduk manja di pangkuan Qin Tianyang, perlahan berdiri. Sifat manjanya tidak hilang, namun kini bercampur dengan produktivitas yang liar. Ia merentangkan tangannya di depan Qin Tianyang, jemarinya membentuk cakar es yang tajam.
Luo Xuanyin: (Nada suaranya manja namun tajam seperti sembilu)
"Ih, Ye Chen... kau berisik sekali. Tidak bisakah kau melihat aku sedang sibuk dengan Tianyang-ku? Pergi sana, atau aku akan mengubah lidahmu menjadi es murni agar kau diam selamanya."
Ye Chen:
"Berani-beraninya kau! Terimalah ini: Gema Penekan Jiwa!"
Ye Chen mengayunkan Lonceng Hitam itu.
TENGGG!
Gelombang suara berwarna hitam pekat terpancar keluar, menghancurkan kristal-kristal es di udara. Gelombang itu dirancang khusus untuk membuat pengguna esensi Bunga Es mengalami serangan balik (backlash) yang mematikan.
Luo Xuanyin menjerit kesakitan, ia jatuh berlutut, memegangi kepalanya. Esensi biru di tubuhnya bergejolak tidak stabil.
Kebangkitan Strategi Qin Tianyang
Melihat Luo Xuanyin terluka, Qin Tianyang merasakan denyut di dahinya kristal es pemberian Luo bergetar hebat. Alih-alih merasa sakit, kristal itu justru memberikan Qin Tianyang penglihatan yang berbeda: ia bisa melihat aliran energi di dalam Lonceng Hitam tersebut.
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Ye Chen terlalu bergantung pada alat itu. Jika aku bisa mengacaukan frekuensi suaranya dengan esensi yang diberikan Xuanyin padaku, lonceng itu akan menjadi bumerang baginya.
Qin Tianyang berdiri. Ia melepaskan jubahnya, memperlihatkan tubuhnya yang penuh luka penempaan Lin Feng. Di kakinya, si anjing kecil berkoreng mulai menggonggong ke arah Ye Chen, suaranya kecil namun terasa bergetar di dalam tulang.
Qin Tianyang "Ye Chen, kau pikir Lin Feng memberimu lonceng itu karena dia mempercayaimu? Tidak. Dia memberimu itu karena dia tahu kau adalah satu-satunya yang cukup bodoh untuk memegang senjata yang bisa meledak kapan saja."
Ye Chen "Tutup mulutmu! Kau hanya iri karena kau gagal!"
Ye Chen bersiap membunyikan lonceng itu sekali lagi dengan kekuatan penuh.
Rahasia di Balik Gua
Tepat saat lonceng akan berdentang, sebuah hembusan angin yang sangat busuk keluar dari mulut gua di belakang mereka. Itu bukan aroma salju, melainkan aroma daging busuk yang diawetkan dalam es.
Anjing kecil itu tiba-tiba berlari masuk ke dalam gua, seolah-olah ditarik oleh kekuatan magnetis.
Luo Xuanyin (Sambil menahan sakit, suaranya bergetar)
"Tian... yang... ada sesuatu di dalam sana. Sesuatu yang 'lapar'. Bukan anjingmu, tapi... sesuatu yang lebih besar."
Pertempuran itu terhenti sejenak karena getaran hebat muncul dari dalam gua.
Dinding-dinding tebing mulai retak. Rahasia klan yang disembunyikan Lin Feng di Puncak Terlarang ini sepertinya tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk menampakkan dirinya.
Ye Chen (Gemetar, menurunkan loncengnya)
"Suara apa itu? Apa yang kalian bangkitkan di sini?!"
