Aliansi Berdarah di Mulut Gua
Suara geraman dari dalam gua semakin dalam, seperti gesekan batu raksasa yang bertemu dengan tulang kering. Hawa busuk yang keluar kini bercampur dengan energi ungu pekat yang membekukan darah.
Dari kegelapan gua, muncul sosok-sosok Mayat Esensi murid-murid klan terdahulu yang gagal menjadi "wadah" dan kini dibangkitkan kembali sebagai monster tanpa jiwa.
Kerja Sama yang Terpaksa
Ye Chen, Qin Tianyang, dan Luo Xuanyin kini terkepung. Mayat-mayat esensi itu merayap keluar dengan kuku-kuku es yang tajam.
Ye Chen (Wajahnya pucat, tapi tangannya tetap menggenggam Lonceng Hitam dengan gemetar)
"Sialan! Kenapa para leluhur yang gagal ini ada di sini?! Tianyang, jika kita mati di sini, Lin Feng tidak akan pernah mendapatkan esensinya!"
Qin Tianyang (Menghunus pedang pendeknya, matanya melirik leher Ye Chen)
"Jangan bicara soal kesetiaan, Ye Chen. Kita bersihkan jalan keluar ini dulu, baru setelah itu aku akan mengirim mu menyusul mayat-mayat ini!"
Luo Xuanyin (Bangkit berdiri dengan senyum peri yang mengerikan, jemarinya membeku kembali)
"Membunuh mayat atau membunuh kalian berdua... semuanya terdengar menyenangkan! Hihi!"
Pertempuran Tiga Arah yang Kacau
Pertarungan pecah dengan cara yang sangat aneh. Mereka bertiga melawan Mayat Esensi, tetapi di saat yang sama, mereka saling melancarkan serangan "diam-diam" satu sama lain.
Ye Chen mengayunkan Lonceng Hitamnya. Gema suaranya menghancurkan kepala tiga Mayat Esensi, tetapi ia sengaja mengarahkan sisa gelombang kejutnya ke arah kaki Qin Tianyang agar ia terpeleset ke jurang.
Qin Tianyang melompat menghindar, menebas tangan mayat yang menyerang Ye Chen, namun pedangnya sengaja menyerempet bahu Ye Chen hingga berdarah. "Ups, tanganku licin," bisiknya dingin.
Luo Xuanyin melepaskan badai jarum es. Jarum-jarum itu menembus jantung para mayat, tetapi beberapa jarum terbang tepat ke arah mata Ye Chen dan Qin Tianyang. Ia tertawa manja seolah itu hanya kecelakaan kecil.
Munculnya "Wadah Agung"
Tiba-tiba, dari kedalaman gua yang paling gelap, muncul sosok yang jauh lebih besar. Tubuhnya terdiri dari tumpukan daging yang membeku, mengenakan sisa-sisa jubah Anak Ilahi kuno. Inilah Wadah Agung yang dibuang Lin Feng seratus tahun lalu.
Begitu makhluk itu muncul, si anjing kecil berkoreng milik Tianyang mendadak menggonggong histeris. Anjing itu berlari memutari makhluk raksasa itu, seolah-olah mencoba memakan aura gelap yang bocor dari tubuhnya.
Qin Tianyan "Ye Chen! Gunakan lonceng mu untuk membekukan gerakan makhluk itu! Jika tidak, kita semua akan menjadi pupuk di gunung ini!"
Ye Chen"Jangan memerintah ku! Tapi baiklah... setelah ini, kau mati!"
Ye Chen membunyikan Lonceng Hitam dengan kekuatan penuh, menciptakan rantai suara yang mengikat Wadah Agung.
Di saat yang sama, Luo Xuanyin melesat ke udara, bersiap menghujamkan esensi murni Bunga Es ke jantung makhluk itu.
Namun, di balik punggung Luo Xuanyin, Qin Tianyang menyadari bahwa Ye Chen diam-diam menyiapkan belati beracun di tangan kirinya, bersiap menusuk Luo Xuanyin tepat saat ia mendarat.
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Ye Chen ingin membunuh Xuanyin agar bisa mengambil esensinya dan melapor pada Lin Feng sebagai pahlawan tunggal. Aku tidak bisa membiarkannya, tapi aku juga harus memastikan makhluk ini mati.
Qin Tianyang melesat, bukan ke arah raksasa itu, tapi ke arah Ye Chen dengan pedang yang sudah dilapisi esensi "Peredam Jiwa".
"Targetmu salah, Ye Chen. Harusnya kau melihat ke belakangmu!"
Di belakang Ye Chen, anjing kecil itu tiba-tiba berubah menjadi bayangan besar dengan mulut terbuka lebar, siap menelan bayangan Ye Chen.
Siapa yang akan mati lebih dulu?
Keadaan menjadi sangat kacau dalam satu tarikan napas. Luo Xuanyin sedang meluncur di udara seperti bintang jatuh biru menuju jantung sang Wadah Agung, sementara Ye Chen sudah menyeringai, jemarinya siap melontarkan belati beracun ke punggung gadis itu.
Namun, Ye Chen melakukan satu kesalahan fatal Ia meremehkan sesuatu yang terlihat lemah.
Pengkhianatan sang Anomali
Tepat saat Ye Chen akan melepaskan belatinya, ia merasakan hawa dingin yang jauh lebih mengerikan daripada suhu Puncak Terlarang. Bayangannya di atas salju tidak lagi berbentuk manusia; bayangan itu telah berubah menjadi moncong raksasa yang terbuka lebar.
"GRAWKK!"
Anjing kecil berkoreng itu tidak menggigit daging Ye Chen. Ia menggigit bayangan Ye Chen.
Ye Chen membelalak. Seluruh tubuhnya mendadak kaku seolah-olah dipaku ke bumi. Belati beracun di tangannya terjatuh, namun bukan jatuh ke salju, melainkan tertancap ke kakinya sendiri karena tubuhnya yang kehilangan kendali saraf.
Ye Chen (Suaranya tercekat, matanya melotot ke arah Qin Tianyang)
"K-kau... apa yang anjing ini lakukan pada bayanganku?! Lepaskan!"
Qin Tianyang (Berdiri dengan dingin, membiarkan pedangnya menggantung di samping tubuh)
"Sudah kukatakan, Ye Chen. Dia bukan sekadar anjing. Dia adalah anomali yang memakan takdir. Dan takdirmu hari ini... sudah habis."
Di sisi lain, Luo Xuanyin mendarat tepat di atas dada Wadah Agung. Ia tidak menyadari drama di belakangnya. Dengan tawa manja yang bergema di antara deru badai, ia menghujamkan telapak tangannya ke jantung makhluk itu.
"Tidurlah yang nyenyak, Kakak Senior yang Gagal! Hihi!"
BOOM!
Ledakan energi es murni meledak dari dalam tubuh Wadah Agung. Makhluk raksasa itu membeku seketika dari dalam ke luar, pecah menjadi jutaan serpihan es kristal yang berkilauan.
Sang Wadah Agung mati lebih dulu sebagai fisik, hancur berkeping-keping.
Akhir dari Ye Chen
Namun, kehancuran Wadah Agung melepaskan gelombang energi gelap yang sangat besar. Ye Chen, yang masih terpaku oleh anjing anomali, tidak bisa menghindar.
Gelombang energi busuk itu menghantam tubuhnya yang sudah teracuni oleh belatinya sendiri.
Ye Chen (Berteriak kesakitan, kulitnya mulai membiru dan pecah-pecah)
"T-tunggu! Tianyang! Tolong aku! Aku akan memberitahumu rahasia Lin Feng... aku akan.."
Qin Tianyang (Mendekat, menatap mata Ye Chen yang mulai meredup)
"Aku sudah tahu rahasianya, Ye Chen. Dan dalam cerita yang ditulis dengan darah, tidak ada tempat untuk karakter sepertimu."
Qin Tianyang memberi isyarat pada anjingnya. Anjing itu menelan seluruh bayangan Ye Chen. Tanpa bayangan, tubuh Ye Chen kehilangan "bobot" eksistensinya. Ia perlahan memudar, kulitnya mengering menjadi debu salju hitam, dan akhirnya menghilang ditelan badai.
Ye Chen mati dengan tragis, terhapus dari dunia seolah ia tidak pernah ada. Hanya Lonceng Hitamnya yang tertinggal, tergeletak bisu di atas salju.
Keheningan yang Menakutkan
Luo Xuanyin mendarat di samping Qin Tianyang, napasnya tersengal-sengal, wajahnya kembali ke mode manja yang berlebihan. Ia langsung memeluk lengan Qin Tianyang, tidak peduli dengan debu hitam bekas Ye Chen.
Luo Xuanyin
"Uwaaa! Tianyang! Tadi itu menakutkan sekali! Ye Chen ke mana? Apa dia lari karena takut melihatku yang hebat? Tapi... kenapa anjingmu terlihat lebih gemuk sekarang?"
Qin Tianyang menatap anjingnya. Benar saja, koreng di tubuh anjing itu mulai rontok, digantikan oleh bulu hitam legam yang berkilau. Anjing itu baru saja memakan "takdir" seorang murid elit.
Tiba-tiba, suara tepuk tangan pelan terdengar dari puncak tebing di atas mereka.
Lin Feng (Suaranya tenang, namun mematikan)
"Luar biasa. Benar-benar pertunjukan yang luar biasa. Murid favoritku membunuh murid setiaku menggunakan anomali dari kotak terlarang. Qin Tianyang... aku harus mengakui, aku mulai merasa takut padamu."
Lin Feng melompat turun, mendarat dengan anggun. Di belakangnya, langit berubah menjadi merah darah.
Bagaimana Qin Tianyang menghadapi Lin Feng yang kini secara terbuka mengakui "ketakutannya"? Apakah ini saatnya Qin Tianyang menggunakan Lonceng Hitam milik Ye Chen untuk melawan sang Anak Ilahi?
Ketika Iblis Mengenal Takut
Langit di atas Puncak Salju Terlarang tidak lagi biru es, melainkan merah pekat seperti luka yang baru saja disayat. Lin Feng berdiri di hadapan mereka, auranya menekan gravitasi hingga salju di bawah kaki Qin Tianyang memadat menjadi es keras.
Untuk pertama kalinya, tidak ada senyum meremehkan di wajah Lin Feng. Matanya terpaku pada anjing hitam yang kini berdiri tegak di samping Qin Tianyang makhluk yang baru saja menghapus keberadaan Ye Chen dari sejarah.
Lin Feng (Suaranya rendah, bergetar dengan emosi yang sulit diartikan)
"Aku menghabiskan ratusan tahun mencari wadah yang sempurna, menempa kalian dengan penderitaan agar jiwa kalian cukup kuat untuk ku tempati. Tapi kau, Qin Tianyang... kau membawa sesuatu yang tidak ada dalam perhitunganku.
Sesuatu yang bisa memakan 'takdir'."
Strategi Lonceng dan Esensi
Qin Tianyang tidak membuang waktu. Ia tahu bicara hanya akan memberi Lin Feng celah. Dengan gerakan cepat, ia memungut Lonceng Hitam milik Ye Chen yang tergeletak di salju.
Qin Tianyang (Menatap tajam, kristal di dahinya bersinar terang)
"Anda takut karena Anda sadar bahwa Anda bukan lagi penulis skenario di sini, Guru. Anda hanyalah seorang parasit yang sudah terlalu lama menumpang di dunia ini."
Luo Xuanyin (Sifat manjanya mendadak berubah menjadi kegilaan yang protektif. Ia memeluk Qin Tianyang dari belakang, menyalurkan seluruh sisa esensi Bunga Es-nya ke tubuh Tianyang)
"Jangan sentuh Tianyang-ku, Pak Tua! Ambil ini!"
Luo Xuanyin melepaskan "Napas Abadi Dewi Es".
Suhu di puncak itu turun melampaui batas absolut. Esensi itu mengalir melalui tubuh Qin Tianyang, menyatu dengan Lonceng Hitam yang ia pegang.
Pertempuran Takdir
Lin Feng melesat maju, tangannya berubah menjadi cakar bayangan yang mampu merobek ruang.
"TENGGGGG!"
Qin Tianyang membunyikan Lonceng Hitam. Namun, suaranya bukan lagi gema penekan jiwa biasa. Karena bercampur dengan esensi Bunga Es dan energi anomali sang anjing, suara lonceng itu menjadi "Gema Penghapus Keberadaan".
Gelombang suara itu menghantam serangan Lin Feng. Cakar bayangan sang Anak Ilahi hancur menjadi serpihan cahaya. Lin Feng terhempas ke belakang, wajahnya menunjukkan keterkejutan yang murni.
Lin Feng "Uhuk! Bagaimana mungkin... energi semut seperti kalian bisa melukai Inti Ilahiku?!"
Qin Tianyang (Melangkah maju, diikuti oleh anjing hitamnya yang kini mengeluarkan aura kegelapan yang pekat)
"Karena lonceng ini menekan jiwa, esensi Xuanyin membekukan waktu, dan anjing ini... dia memakan masa depanmu. Anda tidak punya tempat untuk lari, Lin Feng!"
Kejutan sang Anak Ilahi
Lin Feng tertawa tiba-tiba, tawa yang terdengar sangat hampa. Ia merobek jubah atasnya, memperlihatkan dadanya yang berlubang di sana tidak ada jantung, melainkan sebuah gulungan kertas kuno yang berdenyut dengan tinta hitam.
Lin Feng:
"Kau pikir aku adalah manusia? Aku adalah Skrip yang Gagal. Dan jika aku mati, dunia ini akan terhapus bersama kalian!"
Lin Feng mulai menarik gulungan dari dalam dadanya, berniat untuk "merobek" realitas Puncak Salju ini agar semuanya hancur bersama.
Luo Xuanyin (Mengeratkan pelukannya pada Qin Tianyang, ketakutan)
"Tianyang! Dia mau menghancurkan semuanya! Lakukan sesuatu!"
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Jika dia adalah skrip, maka aku harus menjadi tinta yang menulis ulang akhirnya. Anomali ini... dia bukan hanya pemakan takdir. Dia adalah penghapus.
Qin Tianyang mengarahkan telapak tangannya ke arah anjing hitamnya.
Qin Tianyang:
"Makan dia, Kecil! Bukan tubuhnya... tapi ceritanya!"
Apakah sang anjing akan berhasil memakan "skrip" di dalam tubuh Lin Feng sebelum realitas hancur, ataukah mereka akan terseret ke dalam kehampaan narasi yang rusak
Ketegangan mencapai puncaknya. Lin Feng sudah mulai menarik gulungan hitam dari dadanya, siap merobek realitas. Namun, tepat saat Qin Tianyang memberikan perintah terakhir yang menentukan hidup dan mati, sebuah kejadian yang sangat tidak terduga terjadi.
Anjing hitam yang tadinya tampak gagah dan menyeramkan, tiba-tiba berhenti menggeram. Ia tidak melompat. Ia tidak membuka mulutnya yang lebar untuk menelan takdir.
Sebaliknya, anjing itu mengeluarkan suara menguap yang panjang. Dengan gerakan santai, ia berputar tiga kali di atas salju, lalu meringkuk dan tertidur lelap tepat di kaki Qin Tianyang.
Kebingungan di Tengah Kiamat
Dunia seolah membeku karena kebingungan, bukan karena es.
Qin Tianyang: (Mata membelalak, menatap kakinya)
"K-kau... bangun! Sekarang bukan waktunya tidur, dasar kutu busuk!"
Luo Xuanyin (Ikut melongo, sifat manjanya beralih ke rasa heran)
"E-eh? Tianyang, kenapa anjingmu malah tidur siang? Apa dia kelelahan karena memakan bayangan Ye Chen tadi?"
Lin Feng pun terhenti. Tangannya yang sudah memegang ujung gulungan "Skrip Gagal" itu gemetar, bukan karena takut, tapi karena merasa terhina.
Lin Feng (Wajahnya memerah karena amarah yang absurd)
"Kau... kau menghadapiku, Anak Ilahi yang agung, dengan anjing yang tidur di depanku?! Apakah kematianku bahkan tidak cukup menarik untuk membuatnya tetap terjaga?!"
Rahasia di Balik Tidur sang Anomali
Tiba-tiba, dari bayangan anjing yang sedang tidur itu, muncul sebuah tulisan bercahaya yang hanya bisa dilihat oleh Qin Tianyang:
[STATUS ANOMALI: OVERLOAD]
Takdir Ye Chen terlalu pahit dan penuh kebencian. Sistem memerlukan 10 menit untuk memproses (mencerna) karakter sampah tersebut sebelum bisa memakan karakter utama.
Qin Tianyang mengumpal dalam hati. Anjing ini ternyata sedang mengalami "gangguan pencernaan" spiritual setelah memakan Ye Chen yang busuk.
Perjudian Terakhir
Lin Feng melihat celah ini. Meski merasa terhina, ia tahu ini adalah kesempatannya untuk menghancurkan segalanya.
"Jika anjingmu tidak mau memakan ceritaku, maka biarkan aku yang membakar halaman terakhir kalian!"
Lin Feng menarik gulungan itu lebih keras. Retakan hitam mulai muncul di udara, menelan langit merah. Tapi Qin Tianyang belum menyerah. Ia melihat Lonceng Hitam di tangannya dan esensi Bunga Es yang masih mengalir dari pelukan Luo Xuanyin.
Qin Tianyang (Mendekap Luo Xuanyin erat-erat)
"Xuanyin! Jangan lepas! Jika anjing ini butuh waktu untuk mencerna, maka kita harus menjadi perisai untuknya. Kita harus menahan Lin Feng selama sepuluh menit!"
(Menyembunyikan wajahnya di dada Qin Tianyang, suaranya gemetar tapi penuh tekad)
"Sepuluh menit? Aku akan memberimu sepuluh ribu tahun jika itu artinya kita bisa terus bersama, Tianyang! Pembekuan Jiwa Absolut!"
Luo Xuanyin memaksakan seluruh sisa kekuatannya hingga kristal di dahi Qin Tianyang bersinar menyilaukan. Mereka berdua terbungkus dalam kepompong es raksasa yang transparan, melindungi mereka dan si anjing yang sedang mendengkur dari kehancuran realitas yang sedang dilakukan Lin Feng.
Lin Feng(Menghantam kepompong es itu dengan tinju bayangan)
"Buka! Keluar kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian selamat dari kehancuran ini!"
Di dalam kepompong, Qin Tianyang menatap anjingnya yang tidur dengan tenang. Ia bisa mendengar detak jantung raksasa dari dalam perut anjing itu suara "takdir Ye Chen" yang sedang dihancurkan.
Akankah kepompong es itu bertahan selama sepuluh menit dari amukan Lin Feng yang putus asa, ataukah Qin Tianyang harus melakukan sesuatu yang lebih gila di dalam ruang yang sempit itu bersama Luo Xuanyin?
Kepompong es yang diciptakan Luo Xuanyin bergetar hebat di bawah hantaman tinju bayangan Lin Feng. Suaranya terdengar seperti kaca yang dipukul palu godam retakan mulai merambat di permukaan kristal yang transparan. Di luar, realitas mulai compang-camping; langit merah darah itu terkelupas, memperlihatkan kehampaan hitam yang kosong di baliknya.
Di dalam ruang sempit yang dingin itu, Qin Tianyang bisa merasakan napas Luo Xuanyin yang semakin lemah. Gadis itu menyandarkan seluruh berat tubuhnya pada Tianyang, wajahnya yang cantik kini pucat pasi seputih salju.
Keintiman di Ambang Kehancuran
Luo Xuanyin (Berbisik parau, jari-jarinya yang gemetar menggenggam jubah Qin Tianyang)
"Tianyang... aku sudah memberikan segalanya.
Esensiku... jiwaku... aku tidak punya apa-apa lagi untuk menahan Pak Tua itu. Tapi... setidaknya di saat terakhir, aku senang hanya ada kita berdua di sini. Dan... si anjing pemalas itu."
Qin Tianyang menatap anjing hitam yang masih mendengkur di kaki mereka. Perut anjing itu membesar dan mengecil, mengeluarkan cahaya ungu redup tanda bahwa ia hampir selesai mencerna "takdir busuk" Ye Chen.
Qin Tianyang (Memeluk Luo Xuanyin lebih erat, mencoba membagi kehangatannya)
"Tahan sedikit lagi, Xuanyin. Jangan biarkan matamu tertutup. Jika kau tidur sekarang, kita tidak akan pernah bangun lagi."
Kegilaan Lin Feng
Dari luar, wajah Lin Feng yang terdistorsi muncul di balik retakan es. Matanya merah, dipenuhi kegilaan seorang pencipta yang gagal mengendalikan ciptaannya.
Lin Feng (Suaranya teredam namun penuh kebencian)
"Buka! Aku bisa melihat kalian! Kalian pikir bisa bersembunyi di dalam cangkang ini sementara aku merobek dunia? Aku akan menyeret kalian ke dalam kehampaan tanpa akhir!"
BRAKK!
Satu bagian besar dari kepompong es itu hancur. Hawa dingin dari luar yang bercampur dengan energi hampa masuk ke dalam, menyayat kulit Qin Tianyang. Sisa waktu di status anomali menunjukkan: [01:00 Menit Tersisa].
Langkah Nekat: Penggabungan Tiga Unsur
Qin Tianyang tahu mereka tidak akan bertahan satu menit lagi. Ia menatap Lonceng Hitam yang kini retak di tangannya, lalu menatap kristal di dahinya.
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Lin Feng adalah skrip. Xuanyin adalah energi esensi. Aku adalah kesadaran. Jika aku menggabungkan ketiganya... aku bisa memaksa anjing ini bangun lebih cepat!
Tanpa ragu, Qin Tianyang menggigit jarinya hingga berdarah, lalu menempelkan darah itu ke dahi si anjing yang sedang tidur. Di saat yang sama, ia menggunakan Lonceng Hitam untuk memukul kepompong es dari dalam menciptakan frekuensi suara yang memecah keheningan tidur sang anomali.
Qin Tianyang:
"BANGUN, DASAR MONSTER! JANGAN BIARKAN KAMI MATI HANYA KARENA KAU KEKENYANGAN!"
Tepat saat Lin Feng berhasil menghancurkan dinding es terakhir dan mengulurkan tangannya untuk mencekik leher Qin Tianyang, mata si anjing terbuka lebar.
Bukan lagi merah, tapi emas murni.
Anjing itu berdiri dengan satu sentakan. Tubuhnya membesar sesaat, bayangannya meluas menutupi seluruh Puncak Salju, bahkan menelan kehampaan yang diciptakan Lin Feng. Status di penglihatan Qin Tianyang berubah menjadi:
[STATUS ANOMALI: EVOLUSI SELESAI]
Target Terdeteksi: Skrip Gagal (Lin Feng).
Perintah: Hapus dan Tulis Ulang.
Anjing itu tidak menggonggong. Ia hanya membuka mulutnya, dan sebuah daya tarik gravitasi yang tak terelakkan mulai menarik Lin Feng beserta gulungan skrip di dadanya masuk ke dalam kerongkongan gelap sang anomali.
Lin Feng: (Berteriak ngeri saat tubuhnya mulai terurai menjadi tinta hitam)
"TIDAK! INI BUKAN AKHIR YANG KUTULIS! AKU ADALAH ANAK ILAHI! AKU ADALAH—"
NYAM!
Dalam satu gigitan tunggal, Lin Feng menghilang. Suasana mendadak sunyi senyap. Langit yang tadinya merah dan retak, perlahan-lahan pulih menjadi biru malam yang tenang, bertabur bintang-bintang yang asli.
Pagi yang Baru
Qin Tianyang terduduk di atas salju yang kini lembut, bukan lagi es yang mematikan. Luo Xuanyin pingsan di pelukannya, napasnya mulai stabil kembali. Si anjing hitam kini kembali ke ukuran kecilnya, berjalan mendekat, lalu menjilat tangan Qin Tianyang seolah meminta maaf karena ketiduran tadi.
Di kejauhan, fajar mulai menyingsing. Klan mereka mungkin masih ada, tapi "Anak Ilahi" mereka telah tiada, dimakan oleh seekor anjing yang dulunya hanya dianggap sampah berkoreng.
Qin Tianyang: (Mengusap kepala anjing itu, suaranya lelah namun lega)
"Bagus... Sekarang kita cari sarapan yang asli. Dan kali ini, aku tidak akan memakan bagianmu."
dari dunia kultivasi yang penuh tipu daya ini?
