Fajar yang baru saja merekah di Puncak Salju Terlarang mendadak memucat. Harapan Qin Tianyang untuk membawa Luo Xuanyin pergi menjauh dari neraka ini hancur dalam satu detak jantung.
Saat mereka melangkah menuju tepi tebing untuk melompat bebas, sebuah tawa yang sangat dikenal tawa yang seharusnya sudah terkubur bersama abu hitam bergema, membelah keheningan pagi.
Lin Feng (Berdiri tegak di jalur satu-satunya jalan keluar, jubahnya berkibar tanpa noda sedikit pun)
"Pergi? Tanpa pamit pada Gurumu sendiri? Sungguh murid-murid yang tidak tahu terima kasih."
Qin Tianyang membeku. Tangannya yang menggenggam jemari dingin Luo Xuanyin bergetar hebat.
Ia menoleh ke belakang, ke tempat di mana ia yakin anjing anomali telah menelan Lin Feng hingga menjadi abu. Kosong.
Tidak ada sisa pertempuran, tidak ada jejak kehancuran.
Qin Tianyang (Suaranya serak karena tidak percaya)
"Mustahil... Aku melihatmu hancur. Aku melihatmu menjadi tinta dan debu!"
Kembalinya Para Arwah
Bukan hanya Lin Feng. Dari balik kabut salju, satu per satu sosok muncul dengan langkah yang teratur, seolah-olah kematian hanyalah sebuah lelucon kecil dalam sandiwara ini.
Ye Chen muncul dengan seringai angkuhnya, memutar Lonceng Hitam di tangannya yang seharusnya sudah musnah. Gandron berdiri di sampingnya dengan wajah tenang, dan yang paling mengejutkan... Kai berdiri di sana, menatap layar sistemnya dengan senyum tipis yang penuh teka-teki.
Ye Chen
"Kaget melihatku, Tianyang? Kau pikir anjing kecilmu itu cukup kuat untuk menghapus takdir seorang putra elit sepertiku?"
Luo Xuanyin (Napasnya tersengal, ia memeluk lengan Qin Tianyang lebih erat, matanya yang seputih es memancarkan ketakutan murni)
"Tianyang... ini bukan nyata. Baunya... baunya masih sama. Bau busuk yang tidak pernah mati!"
Rahasia Skrip yang Tak Terputus
Kai (Melangkah maju, mematikan layar birunya)
"Maafkan aku, Tianyang.
Aku lupa memberitahumu satu hal penting. Di klan ini, kematian hanyalah 'titik koma', bukan 'titik'. Lin Feng adalah penulis yang buruk, tapi dia memiliki cadangan memori yang sangat banyak."
Lin Feng (Mendekat dengan aura yang sepuluh kali lipat lebih menekan dari sebelumnya)
"Kalian baru saja melewati ujian terakhir Ujian Keputusasaan.
Aku membiarkan kalian merasa menang, aku membiarkan kalian merasa bebas, hanya untuk melihat bagaimana ekspresi wajah kalian saat aku merampas semua itu kembali."
Lin Feng menatap Luo Xuanyin, sang Dewi Es yang kini bergetar hebat.
Lin Feng
"Kau, Luo Xuanyin... esensimu semakin matang dalam ketakutan. Dan kau, Qin Tianyang... anomali milikmu itu? Itu hanyalah bagian dari rencanaku untuk membersihkan energi kotor dalam dirimu."
Pemberontakan dalam Kebuntuan
Qin Tianyang menarik Luo Xuanyin ke belakang punggungnya.
Meski tubuhnya terasa lemah, esensi Bunga Es yang tersembunyi jauh di dalam intinya yang ia simpan secara rahasia sejak di Jurang mulai berdenyut dengan frekuensi yang berbeda.
Qin Tianyang (Menatap Lin Feng, Ye Chen, dan Kai bergantian)
"Jadi semua ini hanya panggung sandiwara? Kematian Ye Chen, evolusi anjingku, semuanya adalah bagian dari skrip kalian?"
"Tepat sekali. Tapi ada satu variabel yang kau lewatkan, Tianyang. Sebuah skrip bisa ditulis ulang berkali-kali, tapi Tinta Darah yang asli tidak bisa dihapus."
"Sekarang, kembalilah berlutut. Atau aku akan membuat Luo Xuanyin melihatmu hancur berulang-ulang, selamanya dalam siklus ilusi ini!"
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Mereka semua ada di sini. Lin Feng, Ye Chen, bahkan Kai sang pengendali sistem. Ini bukan lagi soal melarikan diri. Ini adalah soal menghancurkan panggungnya sekaligus.
Qin Tianyang menggenggam tangan Luo Xuanyin, menyalurkan kode rahasia melalui aliran energinya. Jika dunia ini adalah ilusi yang berulang, maka kita harus menjadi anomali yang meledakkan dunianya dari dalam.
Angin di Puncak Salju Terlarang mendadak berhenti bertiup, seolah alam semesta sendiri menahan napas untuk mendengar jawaban yang telah lama terkubur. Qin Tianyang menurunkan pedangnya. Bahunya merosot, menampakkan gurat kelelahan yang luar biasa. Ia menatap Lin Feng, bukan lagi dengan kemarahan, melainkan dengan kekosongan yang dalam.
Qin Tianyang (Suaranya lirih, nyaris tertelan kesunyian)
"Cukup. Aku menyerah. Jika pelarian ini hanyalah bagian dari halaman yang kau tulis, maka tak ada gunanya aku berlari. Tapi sebelum kau mengembalikan kami ke dalam sangkar... katakan padaku, Lin Feng. Mengapa?"
Ia menunjuk ke arah Ye Chen yang berdiri angkuh, lalu ke arah bayangan Mo Li yang mungkin mengawasi dari kejauhan.
"Kau merekrut lima murid elit. Kau memberi kami kekuatan, lalu kau mengadu domba kami seperti binatang petarung. Jika kau hanya butuh satu wadah, kenapa harus menciptakan neraka di antara kami berlima?"
Jawaban Sang Anak Ilahi
Lin Feng melangkah maju, bayangannya memanjang dan menelan salju di bawah kaki Qin Tianyang.
Ia meletakkan tangannya di bahu Qin Tianyang sentuhan yang terasa seperti besi panas yang membeku.
Lin Feng (Tersenyum tipis, sebuah senyum yang mengandung kegilaan ribuan tahun)
"Kau bertanya tentang 'kenapa', seolah-olah kau sedang mencari logika manusia.
Ketahuilah, Tianyang... Bunga Es Peninggalan tidak akan pernah mekar di tanah yang damai.
Ia membutuhkan nutrisi berupa pengkhianatan, amarah, dan keputusasaan dari jiwa-jiwa elit yang saling mencabik."
Lin Feng menatap Luo Xuanyin yang masih terdiam dalam wujud Dewi Es-nya.
"Kalian berlima bukan hanya murid. Kalian adalah Bahan Katalis. Aku membutuhkan Ye Chen untuk memberimu tekanan, Mo Li untuk menguji akalmu, dan Jian Wushuang untuk mengasah ketajamanmu. Aku mengadu domba kalian agar esensi yang kalian serap tidak menjadi 'manis', melainkan menjadi 'tajam'."
Qin Tianyang: (Menatap mata Lin Feng)
"Dan apa tujuan akhirnya? Untuk apa semua ketajaman ini?"
Lin Feng (Mendekatkan bibirnya ke telinga Qin Tianyang, membisikkan kunci yang menggetarkan jiwa)
"Kunci jawabannya tertanam di dalam inti spiritualmu dan Luo Xuanyin. Saat ini, kalian hanyalah kuncup yang mulai terbuka. Saat kalian sudah benar-benar matang dan misi terakhir kalian berhasil... kalian akan mengerti bahwa kalian bukan sedang dipersiapkan untuk menjadi 'aku'."
Lin Feng menjeda kalimatnya, matanya berkilat menatap langit.
"Kalian sedang dipersiapkan untuk menjadi Gerbang. Gerbang yang akan mendatangkan sesuatu yang bahkan Kai dan sistemnya tidak sanggup gambarkan. Sekarang... kembalilah. Waktumu untuk mekar belum selesai."
Takdir yang Terkunci
Kai (Menutup layar sistemnya dengan bunyi klik yang final)
"Skenario 'Pelarian yang Gagal' selesai. Memulai sinkronisasi ulang memori klan."
Pandangan Qin Tianyang mulai kabur. Ia merasakan tubuh Luo Xuanyin merosot di pelukannya. Kunci jawaban yang diberikan Lin Feng terasa seperti beban raksasa di dalam pikirannya. Bukan menjadi wadah... tapi menjadi Gerbang?
Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, ia melihat Ye Chen dan Gandron perlahan memudar, kembali ke posisi mereka masing-masing dalam simulasi klan yang kejam ini.
Qin Tianyang terbangun kembali di kamar lamanya, seolah-olah kejadian di Puncak Salju hanyalah mimpi buruk. Namun, di dahinya, kristal es itu masih berdenyut. Misi Pematangan – Perjamuan Darah di Kota Terlarang
Qin Tianyang terbangun dengan napas tersengal. Kamarnya di Paviliun Langit masih sama dingin, sunyi, dan berbau dupa pahit. Namun, saat ia menyentuh dahinya, kristal es itu masih di sana, berdenyut pelan di bawah kulitnya. Semuanya nyata. Pelarian, anjing anomali, dan jawaban mengerikan Lin Feng adalah nyata.
Sebuah gulungan hitam bersulam benang emas tergeletak di meja samping tempat tidurnya. Segel darahnya baru saja terbuka.
"Misi Pematangan I: Penuaian di Kota Gilded."
"Pergilah ke Kota Gilded. Di sana, seorang bangsawan pemberontak menyimpan 'Jantung Bumi'. Ambil jantung itu, dan biarkan Luo Xuanyin berpesta di atas genangan darah mereka. Jangan kembali sebelum kota itu membeku."
Perjalanan Menuju Kota Gilded
Qin Tianyang dan Luo Xuanyin tidak dikirim sendirian.
Di gerbang klan, Mo Li sudah menunggu dengan senyum tipisnya yang penuh rahasia. Ia tidak lagi memegang kuali, melainkan sebuah kotak kayu kecil yang memancarkan aura kutukan.
"Jangan menatapku seperti itu, Tianyang. Aku di sini hanya untuk memastikan 'pupuk' untuk kalian berdua disiapkan dengan benar. Lin Feng ingin kalian matang, bukan mati konyol."
Luo Xuanyin, dalam wujud Dewi Es-nya yang tenang namun mematikan, hanya menatap jalanan di depan dengan mata putih keperakannya. Sejak kejadian di puncak, ia jarang bicara. Ia seperti boneka cantik yang hanya menunggu perintah untuk menghancurkan.
Kota yang Ditakdirkan Runtuh
Kota Gilded adalah kota perdagangan terkaya di wilayah itu. Namun, saat mereka tiba, udara terasa berat. Qin Tianyang menyadari bahwa ini bukan misi pencurian biasa.
Qin Tianyang (Merasakan denyut di dahinya)
"Mo Li... kota ini penuh dengan kultivator bayangan. Ini bukan rumah bangsawan biasa. Ini adalah jebakan yang sengaja disiapkan Lin Feng untuk kita, bukan?"
Mo Li (Membuka kotak kayunya, melepaskan ribuan benang energi ke udara)
"Tentu saja. Bagaimana kalian bisa 'matang' jika lawannya hanya manusia biasa? Bangsawan ini adalah mantan murid klan yang berkhianat. Dia tahu cara membunuh kita. Lin Feng ingin melihat... apakah kalian bisa melampaui pengkhianatan dengan kekejaman."
Instruksi Tersembunyi Lin Feng
Tiba-tiba, suara Lin Feng bergema langsung di dalam pikiran Qin Tianyang melalui kristal di dahinya.
Suara Lin Feng:
"Ingat, Tianyang... Jangan gunakan pedangmu untuk membunuh mereka. Gunakan Luo Xuanyin. Biarkan dia menjadi badai, dan kau menjadi pusatnya. Aku ingin melihat 'Gerbang' itu bergetar untuk pertama kalinya."
Penyerbuan Dimulai
Saat mereka memasuki gerbang kediaman bangsawan tersebut, ratusan panah energi melesat dari kegelapan. Qin Tianyang berdiri tegak, tidak menghindar. Ia meraih bahu Luo Xuanyin.
Qin Tianyang: (Berbisik dingin)
"Xuanyin... tunjukkan pada mereka apa itu kemurnian yang mematikan. Jangan sisakan satu napas pun."
Luo Xuanyin melangkah maju. Setiap langkahnya membekukan lantai marmer. Ia mengangkat tangannya, dan salju murni mulai turun di dalam aula utama yang panas.
"Dingin... tempat ini terlalu panas oleh keserakahan. Mari kita dinginkan semuanya selamanya."
Tiba-tiba, dari balik singgasana, muncul sang pengkhianat. Ia memegang sebuah artefak bercahaya Jantung Bumi. Namun, wajah bangsawan itu berubah pucat saat melihat Qin Tianyang.
Bangsawan Pengkhianat:
"K-kau... Lin Feng mengirim anak kecil untuk mengambil jantung ini? Dia benar-benar sudah gila!"
Qin Tianyang:
"Dia tidak mengirim kami untuk jantung itu. Dia mengirim kami untuk memastikan kalian menjadi bagian dari pondasi 'Gerbang'-nya."
Qin Tianyang akan membiarkan Luo Xuanyin membantai seluruh isi kota demi misi "Pematangan",
Gema di Balik Pembantaian
Udara di Kota Gilded yang semula hangat dan penuh aroma rempah mendadak berubah menjadi amis dan membeku. Luo Xuanyin bergerak seperti bayangan putih yang meluncur di atas karpet merah aula.
Setiap kibasan tangannya bukan lagi sekadar serangan, melainkan manifestasi dari keindahan murni yang merenggut nyawa.
Mo Li berdiri di ambang pintu, jari-jarinya menari di udara mengendalikan benang-benang energinya untuk menutup setiap jalan keluar. "Jangan biarkan setetes darah pun keluar dari gerbang ini," gumam Mo Li dengan nada datar yang mengerikan.
Pesta Es Dewi Terkutuk
Luo Xuanyin tidak menggunakan pedang. Ia menari. Setiap putaran tubuhnya menciptakan kelopak bunga es yang setajam silet, terbang membelah kerongkongan para penjaga sebelum mereka sempat berteriak.
Qin Tianyang berdiri di tengah kekacauan itu, matanya tetap tertuju pada sang Bangsawan Pengkhianat yang kini memeluk Jantung Bumi dengan tubuh gemetar. Tianyang merasakan dorongan gelap dari kristal di dahinya sebuah rasa lapar yang bukan miliknya, melainkan milik Lin Feng yang mengintip melalui matanya.
Qin Tianyang (Melihat Luo Xuanyin yang mulai kehilangan kendali diri dalam haus darah)
Jika aku membiarkannya terus seperti ini, dia tidak akan pernah kembali menjadi Xuanyin yang kukenal. Tapi jika aku menghentikannya, Lin Feng akan tahu aku membangkang.
"Tianyang! Lihat matanya!" teriak Mo Li.
Mata Luo Xuanyin kini benar-benar putih, tanpa pupil, memancarkan aura dingin yang mampu membekukan jiwa. Ia mulai menyerang tanpa pandang bulu bahkan pelayan dan orang-orang tak bersenjata menjadi patung es abadi di tangannya.
Dalam kekacauan itu, sang Bangsawan mencoba melarikan diri melalui lorong rahasia. Qin Tianyang melesat, memotong jalannya dengan satu tebakan brutal. Ia menghantam dada pria itu hingga terhempas, dan Jantung Bumi sebuah bola kristal berwarna cokelat keemasan yang berdenyut terlepas dan menggelinding ke kaki Tianyang.
Saat tangan Qin Tianyang menyentuh artefak itu, sebuah kejutan listrik spiritual menghantam kesadarannya.
Kristal di dahi Qin Tianyang bereaksi keras terhadap Jantung Bumi.
Alih-alih menyerap energi, Jantung Bumi bertindak sebagai proyektor. Sebuah penglihatan kilat muncul di benak Qin Tianyang: Ia melihat lima "Gerbang" yang disebutkan Lin Feng. Namun, gerbang itu bukan untuk mendatangkan dewa, melainkan untuk menyedot habis seluruh esensi kehidupan di dunia ini demi satu tujuan.
Qin Tianyang(Napasnya tertahan, matanya membelalak)
"Jantung Bumi ini... bukan artefak kekuatan. Ini adalah Rekaman Suara."
Dari dalam kristal Jantung Bumi, terdengar suara bisikan yang sangat mirip dengan suara Kai, namun terdengar jauh lebih tua dan lelah
"Jika kau mendengar ini, berarti skrip ini sudah diulang ke-99 kalinya. Lin Feng bukan tuannya. Lin Feng adalah narapidana pertama yang mencoba melarikan diri dengan cara menghancurkan dinding dunianya menggunakan lima murid sebagai pasak penghancur.
Jangan berikan Jantung ini padanya, atau kau akan mengunci takdirmu selamanya."
Pilihan di Tengah Darah
Mo Li (Mendekat, matanya menyipit penuh curiga)
"Tianyang? Apa yang kau lihat? Cepat ambil Jantung itu sebelum Xuanyin membekukan kita semua!"
Di ujung aula, Luo Xuanyin telah menyelesaikan pembantaiannya. Ia berdiri di atas tumpukan mayat yang membeku, menoleh ke arah Qin Tianyang dengan tatapan kosong, menunggu perintah selanjutnya.
Qin Tianyang menggenggam Jantung Bumi itu erat-erat. Ia menyadari satu hal Lin Feng tidak tahu bahwa Jantung Bumi ini menyimpan pesan dari "Penulis" terdahulu.
Qin Tianyang (Menyembunyikan artefak itu di balik jubahnya, suaranya kembali dingin)
"Selesai. Xuanyin sudah cukup 'matang'. Mo Li, katakan pada Guru melalui benangmu... Kota Gilded sudah mati. Kita membawa Jantungnya kembali."
[Dialog Internal Qin Tianyang]
Lin Feng ingin Gerbang ini terbuka. Tapi dengan pesan di Jantung Bumi ini, aku akan memastikan saat Gerbang itu terbuka nanti, yang keluar bukan kekuatannya, tapi kehancurannya sendiri.
